Puisi Pertama

Asma Luapan rindu memecah sukma Menghantar jiwa menuju asma Ingin ku dekat berlama-lama Jadikan ia sumber cinta utama Aku tak khianat! Sebab ia beri amanat Aku kan selalu tepat! Sebab janji telah terikat Engkaulah janji itu Membuat kita makin menyatu Engkaulah amanat ini Jadikanku makin menekuni Menekuni untuk menjaga Semua jiwa dan raga Aku tidak akan bangga Hingga kita masuk ke sorga
puisi-pertama

Ini merupakan kumpulan puisi pertama yang pernah saya buat. Saya beri judul puisi pertama karena postingan ini merupakan postingan pertama kali di blog ini yang mencakup kumpulan (album) puisi.

Dalam album ini, saya menyajikan tujuh puisi yang berjudul Asma, Estetika, Hujan, Koma, Pikun, Enyahlah, dan Air mata.

Puisi-puisi ini murni buatan saya sendiri dan terinspirasi dari pengalaman pribadi. Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang literasi terdekat saya yang telah mensupport saya habis-habisan dan menarik saya ke dunia literasi yang cukup menghibur. Terkhusus para anggota Penulis Kece (PK) yang telah memberi kesempatan berharga itu.

Bagi saya, walaupun ini merupakan album puisi pertama, bukan berarti tidak berguna. Justru puisi-puisi ini merupakan penyemangat saya untuk terus menulis.
***
Itu dia basa-basinya, Sobat. Sekarang, mari simak puisi pertamanya!

Asma

Luapan rindu memecah sukma
Menghantar jiwa menuju asma
Ingin ku dekat berlama-lama
Jadikan ia sumber cinta utama

Aku tak khianat! Sebab ia beri amanat
Aku kan selalu tepat! Sebab janji telah terikat
Engkaulah janji itu Membuat kita makin menyatu
Engkaulah amanat ini Jadikanku makin menekuni

Menekuni untuk menjaga
Semua jiwa dan raga
Aku tidak akan bangga
Hingga kita masuk ke sorga
Hasan Askari, Lampung, 11 Mei 2019

Bisik

Saat serdadu datang menyerbu
Membuyarkan tanah, batu, dan debu
Melucuti pakaian ibu dan babu
Meluncurkan peluru hingga ke kalbu 

Kusembunyi ... Sembunyiku menjauhi bunyi
Mendengar mereka ria bernyanyi
Suara nyaring iblis sebunyi

Kutetap sembunyi ... Hingga senja diam menyoja
Hingga bulan jauh berjalan
Tiba surya beri cahaya
Sangkurku ... tak lagi mendengkur!

Ada bisik nan mulai mengusik
Kau kuat mental! kau kekar fisik!
Maka aku ... keluar menelisik

Semuanya serentak menatap
Melihatku diam menetap
Saksikan kain, merah, dan gertap
Aku pun bisu, hanya mengetap

Estetika

Puisiku begitu hina
Jangan kau guna!
Puisiku dapat dibaca
Jangan kau cerca!

Bacalah bila kau suka!
Anggaplah hanya jenaka!
Lepaskan jika terluka!
Tuk komen ... kusudah kubuka

Pakai logika dan pula etika
Karena inilah estetika
Abaikan komentar mereka!
Sebab mereka berdua muka
Atau aku kan jadi murka

Hujan

Bagiku ... hujan itu cantik
Ketika air mulai merintik
Dan jatuh detik per detik

Sejuknya musnahkan panas
Saat gurun telah mengganas
Dan mampu tumbuhkan tunas

Hujan ... Engkaukah itu?
Buatku diam membatu
Melihatmu indah begitu

Pelangi kadang pun datang
Bak tamu yang tidak diundang
Menyenangkan para peladang

Koma

Agh ... otakku buntu
Habis termakan kutu
Hilang tertelan waktu

Ku berhenti tuk memburu
Sebab otakku mulai membiru Menimbulkan banyak keliru

Kakiku sakit karena otak
Mengilu tak bisa menghentak
Jantung pun pelan berdetak
Kudiam tak bisa berontak

Sang waktu hilang percuma
Kupegang tangannya mama
Dokter pun tinggalkan nama
Putuskan namaku koma

Pikun

Gurun memunculkan fatamorgana
Bulan menampakkan gerhana
Pelangi membagikan warna-warna
Semuanya terjadi karena kehendaknya, Kun fayakun

Tapi ... Terkadang manusia pikun
Pikun atas semua nikmat
Pikun atas semua amanat
Wajibnya ia lupakan

Haramnya ia kerjakan
Dan Insan ...
Aneh bin ajaib ...
Mengumbar aib dan ingkar pada yg ghaib

Enyahlah

Aku bukanlah Dilan yang pandai berkata-kata
Atau pun Majnun yang gila akan cinta
Terlebih Fir’aun yang duduk di atas tahta 

Ku tak suka tahta apalagi tumpukan harta
Yang membutakan mata
Melalaikan Ia: Sang Pencipta
Membuatku bertingkah seperti pendusta

Dan hidup terlunta-lunta
Enyahlah kalian harta dan tahta
Tinggalkan aku, aku hilang
Lupakan aku, aku lenyap

Air mata

Hari ini ...
Kututup semua buku
Buku tentang dirinya
Buku tentang dunia

Berpikir sejenak mengamati diri
Merenung sesaat menjelajah memori 

Kurindu sepi ...
Sepi yang menyadarkan
Sepi yang menghidupkan

Oh air mata ...
Janganlah membeku
Turunlah ... turunlah ...
Aku menanti disini

Atau mungkin ...
Atau mungkin engkau enggan bersua Enggan menyentuh, tangan pendosa
Air mata ... Menetaplah


إرسال تعليق

Silakan komentar sesuai topik
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.