Ini merupakan kumpulan puisi pertama yang pernah saya buat. Saya beri judul puisi pertama karena postingan ini merupakan postingan pertama kali di blog ini yang mencakup kumpulan (album) puisi.
Dalam album ini, saya menyajikan tujuh puisi yang berjudul Asma, Estetika, Hujan, Koma, Pikun, Enyahlah, dan Air mata.
Puisi-puisi ini murni buatan saya sendiri dan terinspirasi dari pengalaman pribadi. Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang literasi terdekat saya yang telah mensupport saya habis-habisan dan menarik saya ke dunia literasi yang cukup menghibur. Terkhusus para anggota Penulis Kece (PK) yang telah memberi kesempatan berharga itu.
Bagi saya, walaupun ini merupakan album puisi pertama, bukan berarti tidak berguna. Justru puisi-puisi ini merupakan penyemangat saya untuk terus menulis.
Asma
Luapan rindu memecah sukma
Menghantar jiwa menuju asma
Ingin ku dekat berlama-lama
Jadikan ia sumber cinta utama
Aku tak khianat! Sebab ia beri amanat
Aku kan selalu tepat! Sebab janji telah terikat
Engkaulah janji itu Membuat kita makin menyatu
Engkaulah amanat ini Jadikanku makin menekuni
Menekuni untuk menjaga
Semua jiwa dan raga
Aku tidak akan bangga
Hingga kita masuk ke sorga
Hasan Askari, Lampung, 11 Mei 2019
Bisik
Saat serdadu datang menyerbu
Membuyarkan tanah, batu, dan debu
Melucuti pakaian ibu dan babu
Meluncurkan peluru hingga ke kalbu
Kusembunyi ... Sembunyiku menjauhi bunyi
Mendengar mereka ria bernyanyi
Suara nyaring iblis sebunyi
Kutetap sembunyi ... Hingga senja diam menyoja
Hingga bulan jauh berjalan
Tiba surya beri cahaya
Sangkurku ... tak lagi mendengkur!
Ada bisik nan mulai mengusik
Kau kuat mental! kau kekar fisik!
Maka aku ... keluar menelisik
Semuanya serentak menatap
Melihatku diam menetap
Saksikan kain, merah, dan gertap
Aku pun bisu, hanya mengetap
Estetika
Puisiku begitu hina
Jangan kau guna!
Puisiku dapat dibaca
Jangan kau cerca!
Bacalah bila kau suka!
Anggaplah hanya jenaka!
Lepaskan jika terluka!
Tuk komen ... kusudah kubuka
Pakai logika dan pula etika
Karena inilah estetika
Abaikan komentar mereka!
Sebab mereka berdua muka
Atau aku kan jadi murka
Hujan
Bagiku ... hujan itu cantik
Ketika air mulai merintik
Dan jatuh detik per detik
Sejuknya musnahkan panas
Saat gurun telah mengganas
Dan mampu tumbuhkan tunas
Hujan ... Engkaukah itu?
Buatku diam membatu
Melihatmu indah begitu
Pelangi kadang pun datang
Bak tamu yang tidak diundang
Menyenangkan para peladang
Koma
Agh ... otakku buntu
Habis termakan kutu
Hilang tertelan waktu
Ku berhenti tuk memburu
Sebab otakku mulai membiru Menimbulkan banyak keliru
Kakiku sakit karena otak
Mengilu tak bisa menghentak
Jantung pun pelan berdetak
Kudiam tak bisa berontak
Sang waktu hilang percuma
Kupegang tangannya mama
Dokter pun tinggalkan nama
Putuskan namaku koma
Pikun
Gurun memunculkan fatamorgana
Bulan menampakkan gerhana
Pelangi membagikan warna-warna
Semuanya terjadi karena kehendaknya, Kun fayakun
Tapi ... Terkadang manusia pikun
Pikun atas semua nikmat
Pikun atas semua amanat
Wajibnya ia lupakan
Haramnya ia kerjakan
Dan Insan ...
Aneh bin ajaib ...
Mengumbar aib dan ingkar pada yg ghaib
Enyahlah
Aku bukanlah Dilan yang pandai berkata-kata
Atau pun Majnun yang gila akan cinta
Terlebih Fir’aun yang duduk di atas tahta
Ku tak suka tahta apalagi tumpukan harta
Yang membutakan mata
Melalaikan Ia: Sang Pencipta
Membuatku bertingkah seperti pendusta
Dan hidup terlunta-lunta
Enyahlah kalian harta dan tahta
Tinggalkan aku, aku hilang
Lupakan aku, aku lenyap
Air mata
Hari ini ...
Kututup semua buku
Buku tentang dirinya
Buku tentang dunia
Berpikir sejenak mengamati diri
Merenung sesaat menjelajah memori
Kurindu sepi ...
Sepi yang menyadarkan
Sepi yang menghidupkan
Oh air mata ...
Janganlah membeku
Turunlah ... turunlah ...
Aku menanti disini
Atau mungkin ...
Atau mungkin engkau enggan bersua Enggan menyentuh, tangan pendosa
Air mata ... Menetaplah