Dulu saya pernah membaca sebuah buku, yang di prolog-nya terdapat kalimat unik, kurang lebih bunyinya seperti ini:
Air tidak mengalir dari atas ke bawah, melainkan mengalir dari atas ke orang-orang berduitDan benar saja, kini, setelah saya amat-amati, statement tersebut terbukti benar adanya.
Membahas tentang air mengingatkan saya tentang kebutuhan manusia. Manusia mempunyai sejuta kebutuhan, yang pada dasarnya air menjadi kebutuhan utama. Tanpa air kita tak bisa minum, tanpa air kebersihan sulit diwujudkan, tanpa air lingkungan nyaman pun hanya utopia saja. Bahkan ternyata, jika kita telisik para tikus berdasi, mereka itu sejatinya kekurangan air. Karena kekurangan air, maka otak dan akal mereka pun menciut layaknya tikus.
Di kampung saya, air menjadi barang yang sulit didapat. Maka jangan heran jika mampir ke rumah, kemudian ada satu dua orang lewat membawa ember dan pakaian di dalamnya. Bahkan tak jarang, kami harus adu mulut karena air.
Kebutuhan air di rumah saya dan beberapa rumah tetangga dipasok dari sebuah sumur. Jika beruntung, air bisa mengalir lancar. Sebaliknya, jika tidak beruntung, air pasti tidak akan mengalir.
Waktu saya main ke tempat teman di Jakarta – kebetulan ia tinggal di komplek perumahan mewah. Saya lihat, air seperti udara; mudah sekali didapat. Bahkan tanpa keluar rumah pun, air dengan senang hati mengalir ke rumahnya, anehnya air yang mengalir memiliki debit yang sangat besar dan bersih sekali. Jangan mengira penyebabnya uang, karena perkiraan kita pastilah benar.
Melihat semua ini, rasanya air tak bisa disalahkan. Pertama karena ia benda dan kedua ia tak punya akal. Lantas siapa yang harus disalahkan, entahlah.
Sudah 74 tahun Indonesia merdeka dengan berbagai Presiden hebat. Saking hebatnya, makmur pun kita tak sempat. Untungnya saja, tahun 1945 Pancasila lahir, kemudian dengan berasaskan Pancasila muncullah Undang-undang Dasar 1945.
Pasal mengenai air terpampang jelas di UUD 1945 yaitu pasal 33 ayat 3,
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Jelas sekali bahwa air merupakan tanggung jawab negara. Dan sebagai bentuk pertanggungjawabannya, negara harus memastikan bahwa seluruh rakyat dapat menikmati air ... bersih.
Karena itulah kita memerlukan manajer negara yang mumpuni. Tidak hanya tegas, melainkan cerdas. Cerdas dalam memimpin, cerdas memakmurkan rakyatnya.
Nyatanya sampai saat ini, krisis air masih dirasakan sebagian masyarakat. Dengan kata lain, pemimpin negara belum bisa mengatur jalannya air. Air masih berjalan ke orang-orang berduit, dan sudah pasti, ia termasuk orang yang berduit. Sedangkan rakyat kere, untuk dapat air pastilah sulit.
Pemimpin harus mengerti hak setiap rakyat, terkhusus air yang menjadi kebutuhan primer. Ya ... air adalah hak setiap rakyat.
Dengan semua fakta di atas, saya pikir tidak berlebihan jika berkata,
Indonesia mengalami krisis air ... juga pemimpin